Pengertian Pengendalian Intern Kas (Kas di Bank)

Pengendalian Intern Kas di perusahaan sangat penting dilakukan karena untuk menghindari kecurangan yang berbentuk penggelapan uang atau yang lainnya yang mengakibatkan asset perusahaan berkurang serta perusahaan mengalami kerugian. Berikut akan saya paparkan sekilas tentang pengendalian intern kas perusahaan pada kas di bank.

Pengertian Pengendalian Intern Kas (Kas di Bank)


Pengertian Pengendalian Intern Kas

Pengertian Kas
Kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan piutang, dapat diterima sebagai setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu.

Pengertian Kas Menurut Munawir (1983:14),
Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet).

Pengertian Kas Menurut Theodarus M. Tuanakotta, AK, (1982:150)
Kas dan bank meliputi uang tunai dan simpanan-simpanan di bank yang langsung dapat diuangkan pada setiap saat tanpa mengurangi nilai simpanan tersebut. Kas dapat terdiri dari kas kecil atau dana-dana kas lainnya seperti penerimaan uang tunai dan cek-cek (yang bukan mundur) untuk disetor ke bank keesokan harinya.

Pengertian Kas Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 85)
“Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan”.

Pengertian Kas Menurut Zaki Baridwan (2003 :85)
“ kas merupakan suatu alat pertukaran dan digunakan sebagai suatu ukuran dalam akuntansi”.

Dalam prakteknya, kadang kas dikelompokkan menjadi dua yaitu Kas Kecil dan Kas Besar. Kas Kecil digunakan untuk operasional sehari-hari dan jumlahnya tidak terlalu besar. Biasanya digunakan untuk biaya operasional seperti biaya administrasi, biaya telepon, listrik, dll. Kas besar biasanya digunakan untuk menampung penerimaan Piutang, Pinjaman bank, pengeluaran untuk membayar utang, pengeluaran untuk membeli aktiva.
Kas sangat penting artinya karena, menggambarkan daya beli dan dapat ditransfer segera dalam perekonomian pasar kepada setiap individu dan organisasi dalam memperoleh barang dan jasa yang diperlukan. Kas juga menjadi begitu penting karena, perorangan, perusahaan, dan bahkan pemerintah harus mempertahankan posisi liquiqitas yang memadai, yakni mereka harus memiliki sejumlah uang yang mencukupi untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo agar entitas bersangkutan dapat beroperasi.

Kas dapat dikatakan merupakan satu-satunya pos yang paling penting dalam neraca. Karena berlaku sebagai alat tukar dalam perekonomian kita, kas terlihat secara langsung atau tidak langsung dalam hampir semua transaksi usaha. Hal ini sesuai dengan sifat-sifat kas yaitu :

- Kas terlalu terlibat dalam hampir semua transaksi perusahaan.
- Kas merupakan harta yang siap dan muda untuk digunakan dalam transaksi serta ditukarkan dengan harta lain, mudah dipindahkan dan beragam tanpa tanda pemilik.
- Jumlah uang kas yang dimiliki oleh perusahaan harus di jaga sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak dan tidak kurang.
- Pengolahan kas dapat dikriteriakan sebagai berikut :

1. Diakui secara umum sebagai alat pembayaran yang sah
2. Dapat digunakan setiap saat bila dikehendaki
3. Penggunaannya secara bebas
4. Diterima sesuai nilai nominalnya pada saat diuangkan tersebut.
5. Kas terdiri dari saldo kas yang ditangan perusahaan dan termasuk rekening giro. Setoran kas adalah asset yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi dan dengan cepat dapat dijadikan menjadi kas.

Komposisi Kas
Yang termasuk dalam kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk peluanasan utang, sebagai setoran ke bank, juga simpanan dalam bank atau tempat-tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu. Kas terdiri dari uang kertas, uang logam, cek yang belum disetorkan, simpanan dalam bentuk giro atau bilyet, traveller’s checks, cashier’s checks, bank draft dan money order.

Untuk dapat digolongkan sebagai kas biasanya dibatasi dengan diterima sebagai setoran oleh bank dengan nilai nominal tidak dikelompokkan dalam kas.

Jika ada wesel tagih yang diserrahkan ke bank untuk ditagihkan,maka wesel tagih ini tetap dicatat sebagai piutang wesel sampai dilunasi oleh yang membuat wesel. Kadang-kadang perangko dapat digunakan untuk pembayaran yang jumlahnya kecil, tetapi perangko tidak akan diterima sebagai setoran oleh bank, maka perangko bukan kas.

Cek mundur (post dated checks) tetap dicatat sebagai piutang sampai tanggal dimana cek dapat diuangkan.Cek mundur termasuk dalam kelompok piutang.
Surat-surat berharga seperti saham-saham dan obligasi mungkin dapat segera dijual dan menjadi uang tunai, tetapi sebelum dujual surat-surat berharga tersebut tidak termasuk kelompok kas. Sebelum dijual surat berharga tetap dilaporkan sebagai investasi jangka pendek.
Simpanan dalam bank-bank diluar negeri menimbulkan suatu masalah khusus karena mata uang yang berbeda. Oleh karena itu simpanan di bank luar negeri harus dikurskan dalam rupiah. Sering kali simpanan-simpanan di bank luar negeri tidak dapat diambil sewaktu-waktu, oleh karena itu dalam neraca simpanan tadi akan dilaporkan terpisah.

Uang kas yang dibatasi penggunaannya, biasanya dalam bentuk dana, tidak dimasukkan dalam kas tetapi dilaporkan terpisah sebagai dana. Jika penggunaannya masih dalam waktu satu tahun, maka termasuk dalam kelompok aktiva lancer, tetapi jika tidak dapat digunakan dalam waktu satu tahun,maka dilaporkan dalam kelompoka aktiva tidak lancar.

Pengendalian Kas
Pengendalian kas ada 2 yaitu:
a. Pengendalian untuk Penerimaan Kas
- Semua penerimaan kas harus segera dicatat
- Hendaknya semua penerimaan kas pada hari itu juga harus disetor ke bank
- Adanya pemisahan fungsi antara petugas yang menangani penerimaan kas dilakukan dengan mesin cash register
b. Pengendalian untuk Pengeluaran Kas
-  Semua pengeluaran kas harus dilalakukan dengan menggunakan cek, kecuali pengeluaran yang jumlahnya kecil yang tidak efisien jika dilakukan menggunakan cek dapat dilakukan dengan menggunakan dana kas kecil.
- Cek harus ditandatangani minimal 2 orang pejabat
- Cek yang batal digunakan/salah tulis harus diasir dengan rapi
- Hendaknya diberikan cap lunas untuk bukti dan cek yang sudah dikeluarkan

Pengendalian Internal

Pengertian Sistem Pengendalian Intern
AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) memberi definisi sebagai berikut :
“Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan perusahaan yang telah di tetapkan”.

Kemudian D. Hartanto memberikan penjelasan tentang Pengendalian Intern dengan membedakan kedalam arti yang sempit dan dalam arti luas secara lengkap disebutkan :

Dalam arti sempit : Pengendalian Intern disamakan dengan “Internal Check” yang merupakan prosedur-prosedur mekanisme untuk memeriksa ketelitian dari data-data administrasi, seperti mencocokkan penjumlahan Horizontal dengan penjumlahan Vertikal.

Dalam arti luas: Pengendalian Intern dapat disamakan dengan “Manajemen Control”, yaitu suatu sistem yang meliputi semua cara-cara yang digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengawasi/mengendalikan perusahaan. Dalam pengertian Pengendalian Intern meliputi : Struktur Organisasi, formulir-formulir dan prosedur pembukuan dan laporan (Administrasi), budget dan standart pemeriksaan intern dan sebagainya.

Prinsip-prinsip Sistem Pengendalian Intern
Untuk dapat mencapai tujuan pengendalian akuntansi, suatu sistem harus memenuhi enam prinsip dasar pengendalian intern yang meliputi (Bambang Hartadi, 1999 : 130) :

1. Pemisahan fungsi
Tujuan utama pemisahan fungsi untuk menghindari dan pengawasan  segera atas kesalahan atau ketidakberesan. Adanya pemisahan fungsi untuk dapat mencapai suatu efisiensi pelaksanaan tugas.

2. Prosedur pemberian wewenang
Tujuan prinsip ini adalah untuk menjamin bahwa transaksi telah diotorisir oleh orang yang berwenang.

3. Prosedur dokumentasi
Dokumentasi yang layak penting untuk menciptakan sistem pengendalian akuntansi yang efektif. Dokumentasi memberi dasar penetapan tanggungjawab untuk pelaksanaan dan pencatatan akuntansi.

4. Prosedur dan catatan akuntansi
Tujuan pengendalian ini adalah agar dapat disiapkannya catatan-catatan akuntansi yang yang teliti secara cepat dan data akuntansi  dapat dilaporkan kepada pihak yang menggunakan secara tepat waktu.

5. Pengawasan fisik
Berhubungan dengan penggunaan alat-alat mekanis dan elektronis dalam pelaksanaan dan pencatatan transaksi.

6. Pemeriksaan intern secara bebas
Menyangkut pembandingan antara catatan asset dengan asset yang betul-betul ada, menyelenggarakan rekening-rekening kontrol dan mengadakan perhitungan kembali penerimaan kas . Ini bertujuan untuk mengadakan pengawasan kebenaran data.

Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas
Pengendalian intern hanya memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian intern entitas, berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian intern :

1. Pertimabangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah
2. Pengendalian intern dapat rusak karena kekeliruan dan kesalahan
3. Pengendalian tidak efektif karena adanya kolusi
4. Manajemen mengesampingkan pengendalian intern
5. Biaya pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pngendalian Intern Kas
Cara-cara yang digunakan untuk mengawasi penerimaan kas dalam perusahaan seringkali berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan yang lain, begitu pula dengan PDAM (perusahaan daerah air minum). Namun demikian ada beberapa prinsip pengawasan intern terhadap penerimaan kas yang dapat dijadikan pedoman : Cara-cara Pengendalian Intern Kas Menurut Jusup (2001:48) adalah :

1. Petugas yang menangani urusan penerimaan kas tidak boleh merangkap sebagai pelaksana pembukuan/pencatatan atas penerimaan kas tersebut, sebaliknya petugas yang mengurusi pembukuan tidak boleh mengurusi kas.

2. Setiap kali penerimaan kas harus segera dicatat. Perusahaan harus mencatat formulir-formulir secara cermat sesuai dengan kebutuhan, dan menggunakannya dengan benar.

3. Penerimaan kas setiap hari harus disetorkan seluruhnya ke bank. Hal ini dilakukan agar petugas yang menangani kas tidak mempunyai kesempatan untuk menggunakan kas perusahaan untuk kepentingan pribadi.

4. Apabila memungkinkan, sebaiknya diadakan pemisahan antara fungsi penerimaan kas dan fungsi pengeluaran kas. Sumber utama penerimaan kas pada perusahaan jasa biasanya berasal dari :

Penerimaan Kas dari Penjualan tunai 
Menurut Jusup (2001:89) pengendalian intern yang baik, sistem penerimaan kas dari penjualan tunai mengharuskan :

1) Penerimaan kas yang berasal dari hasil penjualan tunai sebaiknya dilakukan dengan melalui kas register pada saat kas transaksi terjadi.
2) Petugas pemegang kas harus dipisahkan dari petugas pencatat transaksi kas
Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai adalah:
1) Fungsi penjualan
2) Fungsi kas
3) Fungsi gudang
4) Fungsi pengiriman
5) Fungsi akuntansi
3) Dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai adalah:
a) Faktur penjualan tunai
b) Pita register kas
c) Credit card sales tip
d)     Bill of lading
e) Faktur penjualan
f)  Bukti setor bank
g) Rekapitulasi harga pokok penjualan

Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai:
a) Jurnal penjualan
b) Jurnal penerimaan kas
c) Jurnal umum
d)     Kartu persediaan
e) Kartu gudang

Menurut Mulyadi (2001:470) Unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai adalah sebagai berikut :

Struktur Organisasi 
1. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas.
2. Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
3. Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi.
b) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
1. Penerimaan order dari pembelian diotorisasi oleh fungsi-fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjulan tunai.
2. Penerimaan kas diotorisasika oleh fungsi kas dengan cara membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan menempelkan pita register kas pada faktur tersebut.
3. Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit. 4. Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap “Sudah diserahkan” pada faktur penjualan tunai.
4. Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda pada
5. faktur penjualan tunai.

Praktik Yang Sehat
1. Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakainnya dipertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan
2. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari kerja berikutnya.
3. Penghitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik dan secara investigasi oleh fungsi pemeriksaan intern.

Karyawan yang Mutunya Sesuai Dengan Tanggung Jawab.
Penerimaan Kas dari Piutang Berdasarkan sistem pengendalian intern yang baik, sistem penerimaan kas dari piutang harus menjamin diterimanya kas dari debitur oleh perusahaan, bukan oleh karyawan yang tidak berhak menerimanya. Untuk menjamin diterimanya kas oleh perusahaan, sistem penerimaan kas dari piutang mengharuskan:

1. Debitur melakukan pembayaran dengan cek atau dengan cara memindah bukukan melalui rekening bank (giro bilyet). Jika perusahaan hanya menerima kas dalam bentuk cek dan debitur, yang ceknya atas nama perusahaan akan menjamin kas yang diterima perusahaan masuk kedalam rekening perusahaan.
2. Kas yang diterima dalam bentuk cek dari debitur harus segera disetor ke bank dalam jumlah penuh. Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari piutang adalah:
1. Fungsi secretariat
2. Fungsi penagihan
3. Fungsi kas
4. Fungsi akuntansi
5. Fungsi pemeriksaan intern

Dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari piutang adalah:
1. Surat pemberitahuan
2. Daftar surat pemberitahuan
3. Bukti setor bank
4. Kwitansi

Menurut Mulyadi (2001:490-491)Unsur pengendalian intern dalam penerimaan kas dari piutang adalah :

Struktur Organisasi 
1. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan fungsi penerimaan kas.
2. Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
b. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
1. Debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama atau dengan cara pemindah bukuan (giro bilyet) .
2. Fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar daftar piutang yang harus ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi.
3. Pengkreditan rekening pembantu piutang oleh fungsi akuntansi (bagian piutang) harus didasarkan atas surat pemberitahuan yang berasal dari debitur.

Praktik Yang Sehat 
1. Hasil penghitungan kas harus direkam dalam berita acara penghitungan kas dan disetor penuh ke bank dengan segera.
2. Para penagih dan kasir harus diasuransikan.
3. Kas dalam perjalanan (baik yang ditangan bagian kasa maupun di tangan perusahaan) harus diasuransikan.
d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab.
Proses Pengendalian Intern Proses pengendalian intern sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan untuk menghindari terjadinya kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam perusahaan. Pengertian Proses pengendalian intern, menurut Siti kurnia rahayu dan Ely suhayati (2009 : 107) terdapat beberapa tahapan yaitu :

1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit.
2. Melakukan pengujian pengendalian dan transaksi.
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo.
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit.

Pengendalian Intern Kas di Bank

Aktivitas perbankan sebagai pengendalian
–   Kartu spesimen tanda tangan
Yaitu kartu yang diserahkan oleh nasabah kepada bank memuat contoh tanda tangan dari masing-masing penandatanganan rekening dari suatu rekening.

–   Rekening Koran
Yaitu print out laporan transaksi dan saldo tabungan nasabah pada  bank yang dicetak tiap bulan dan diberikan pada nasabah yang bersangkutan.

–   Chek dan Bilyet Giro
Bilyet giro yaitu surat perintah pemindah bukuan dari nasabah suatu bank kepada bank yang bersangkutan untuk memindahkan sejumlah uang dari rekeningnya ke rekening penerima yang namanya disebut dalam bilyet giro pada bank yang sama atau bank yang lain.

Cek adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk mebayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan didalamnya atau kepada pemegang cek tersebut.

–   Electronic Funds Transfer
adalah pertukaran elektronik, transfer uang dari satu account ke account lainnya, baik dalam lembaga keuangan tunggal atau di beberapa lembaga, melalui sistem berbasis komputer.

–   Bank Statements
Adalah ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama periode waktu tertentu pada rekening bank yang dimiliki oleh seseorang atau bisnis dengan lembaga keuangan.

–   Formulir Setoran
Formulir Setoran yaitu formulir yang ditandatangani nasabah, diisi dengan perinciaan setorannya menurut jenis, seperti tunai, cek dan bilyet giro; dokumen ini dapat dijadikan sebagai referensi apabila terdapat perbedaan antara pencatatan uang dan pencatatan nasabah.

Manfaat Bank :
• Memiliki pengendalian internal yang dapat diandalkan.
• Meminimalkan jumlah uang tunai.
• Menyediakan double record untuk seluruh transaksi dengan bank
• Satu catatan oleh perusahaan
• Saru catatan oleh bank
• Membantu perusahaan menjaga kas dengan memanfaatkan bank atas setiap penerimaan dan penerbitan chek/Bilyet Giro

Rekonsiliasi Bank
Apabila setiap penerimaan uang disetor ke bank dans etiap pengeluaran uang (kecuali jumlahnya relative kecil) menggunakan cek maka rekening kas akan dapat dibandingkan dengan laporan bank. Biasanya laporan bank diterrima bulanan dan akan direkonsiliasi dengan catatan kas dan catatan bank. Selain itu rekonsiliasi juga beguna untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang sudah terjadi di bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
Rekonsiliasi laporan bank sebaiknya dibuat oleh pegawai yang tidak mempunyai kepentingan terhadap kas, agar penyusunan rekonsiliasi bank ini dapat digunakan untuk mengecek catatan-catatan kas dan bank. Dalam membuat rekonsiliasi laporan bank perlu diketahui bahwa yang direkonsiliasikan itu adalah catatan perusahaan dan bank, sehingga harus dibuat perbandingan antara keduanya agar dapat diketahui perbedaan-perbedaan yang ada.
Hal-hal yang menimbulkan perbedaan dapat digolongkan sebagai berikut :

Elemen-elemen yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai penerimaan tetapi belum dicatat oleh bank.

Contoh :
1. Setoran yang dikirimkan ke bank pada akhir bulan tetapi belum diterima oleh bank sampai bulan berikutnya (setoran dalam perjalanan).
2. Setoran yang diterima oleh bank pada akhir bulan, atetapi dilaporkan sebagai setoran bulan berikutnya,karena laporan bank sudah terlanjur dibuat (setoran dalam perjalanan).
3. Uang tunai yang tidak disetorkan ke bank.
Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai penerimaan oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan

Contoh :
1. Bunga yang diperhitungkan oleh bank terhadap simpanan, tetapi belum dicatat dalam buku perusahaan (jasa giro).
2. Penagihan wesel oleh bank, sudah dicatat oleh bank sebagai penerimaan tetapi perusahaan belum mencatatnya.
Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai pengeluaran tetapi bank belum mencatatnya.

Contoh :
1. Cek-cek yang beredar (outstanding checks) yaitu cek yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan dan sudah dicatat sebagai pengeluaran kas tetapi oleh yang meneriman belum diuangkan sehingga bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran.
2. Cek yang sudah ditulis dan sudah dicatat dalam jurnal pengeluaran uang tetapi ceknya belum diserahkan kepada yang dibayar,maka cek tersebut belum merupakan pengeluaran oleh karena itu jurnal pengeluaran kas harus dikoreksi pada akhir periode.
4. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
Contoh :
1. Cek dari langganan yang ditolak oleh perusahaan karena kosong tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
2. Bunga yang diperhitungkan atas overdraft (saldo kredit kas) tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
3. Biaya jasa bank yang belum dicatat oleh perusahaan.
Rekonsiliasi bank dapat dibuat dalam 2 macam cara yang berbeda :

Rekonsiliasi saldo akhir yang bisa dibuat dalam 2 bentuk :

1. Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar
2. Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas.
3. Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dansaldo akhir yang bisa dibuat 2 bentuk :
a. Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas (4 kolom).
b. Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukan saldo yang benar (8 kolom).

Post a Comment